6 Tips Mengasuh Anak Tanpa Kekerasan Verbal

Pernahkah Anda lelah mengasuh anak karena harus selalu selalu menegur atau memarahi anak? Ditambah ketika pekerjaan Anda tidak dapat diganggu dan anak menjadi rewel? Tidak jarang orang tua pada akhirnya lepas kendali dan emosinya meledak di hadapan anak.

Ayah-bunda, tahukah Kalian bahwa ledakan emosi sebagai respon terhadap perilaku anak bisa jadi mengandung kekerasan verbal?

Kekerasan verbal itu tindakan yang seperti apa?

Penelitian Anastasia, Muhammad, Alviani dan Herdiana (2021) mengungkapkan, beberapa bentuk kekerasan verbal orangtua terhadap anak dapat berupa kalimat intimidasi, mencela, ekspresi ‘tidak sayang’ atau bersikap dingin, menolak anak, memberikan hukuman ekstrem, menghina, membuat nama panggilan buruk, labeling, hingga mengecilkan atau mempermalukan anak. Kekerasan verbal yang mewarnai pengasuhan orangtua terhadap anak juga semakin intensif terjadi saat pandemi. Hal tersebut didukung oleh data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menunjukkan sekitar 39 juta anak menerima kekerasan verbal dari orang tua mereka pada tahun 2020.

Banyak orang tua yang belum menyadari dampak negatif kekerasan verbal terhadap psikologis anak dan justru menganggapnya sebagai bagian dari pendisiplinan anak.

Hasil penelitian Anastasia, Muhammad, Alviani dan Herdiana (2021) menemukan bukti bahwa anak yang sering menerima kekerasan verbal dapat mengalami kerentanan kognitif atau menurunnya kinerja kognitif, gangguan belajar seperti terhambat konsentrasi dan kesulitan fokus pada tugas, gangguan emosional dan juga gangguan perilaku. Lebih jauh kekerasan verbal juga dapat membuat anak mengembangkan konsep diri negatif yang akan menghambat penyesuaian diri anak terhadap berbagai tuntutan kehidupan.

Ayah-bunda, berikut adalah tips mengasuh anak tanpa kekerasan verbal :

  • Jika anak ‘rewel’, tantrum atau memperlihatkan perilaku yang tidak diharapkan, maka Ayah-bunda sebaiknya berusaha tetap tenang dan jangan panik. Ayah-bunda jangan terbawa oleh emosi negatif anak, tenangkan diri dan ajak anak untuk berbicara ketika semua sudah lebih tenang. Emosi yang terkendali membuat Ayah-bunda mampu memikirkan solusi atas masalah yang terjadi.
  • Tetap tunjukkan perhatian pada anak. Tindakan sederhana seperti memeluk atau mengusap kepala anak merupakan tindakan yang menunjukkan Ayah-bunda tetap ada bersama anak, siap membantu, menerima dan menyayangi meski saat ini emosi anak sedang tidak stabil.
  • Tanyakan alasan anak berperilaku tidak diharapkan. Langkah ini bermanfaat untuk memberikan kesadaran pada anak bahwa perilakunya tidak diharapkan hadir pada situasi tersebut.
  • Jika perilaku muncul terkait relasi anak dengan orang lain, Ayah-bunda bisa meminta anak untuk membayangkan dirinya di posisi korban dari perilakunya dan mengutarakan emosi yang dirasakannya. Dalam kondisi ini penting membangun komunikasi positif bersama anak, sama-sama menganalisis situasi dan hargai apapun pendapat anak.
  • Jika masih terkait dengan poin 4, tidak ada salahnya kemudian mengajak anak untuk belajar meminta maaf dan beritahukan apa yang benar untuk dilakukan. Anak akan lebih mudah memahami perilaku yang diinginkan orang tua ketika ia telah menyadari kesalahannya.
  • Tunjukkan kasih sayang pada anak setelah ia berhasil memperbaiki perilakunya. Pemberian reward berupa pelukan disertai pujian atau memberi cemilan favorit anak dapat memperkuat perilaku positif yang dibangun dan mengembalikan mood anak.

Demikian Ayah-bunda tips cara mengasuh anak tanpa menggunakan kekerasan verbal. Mari kita bangun pola pengasuhan positif yang akan membuat hubungan orangtua-anak menjadi lebih harmonis.